Pangan dapat disusun oleh komponen makro (air, karbohidrat, lemak, dan protein) dan komponen mikro (vitamin, mineral, pigmen, dan komponen organik lainnya). Bahan tambahan pangan tidak termasuk ke dalam komposisi kimia pangan segar karena bahan ini ditambahkan ke dalam formulasi pangan pada saat proses pengolahan pangan. Enam komponen pertama, yaitu air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral disebut dengan komponen gizi yang merupakan komponen utama agar manusia dapat mempertahankan hidup. Komponen kimia mikro (vitamin dan mineral) lebih banyak berperan dalam memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh.
Air
Air adalah senyawa kimia penting yang menyusun
pangan. Air tersusun oleh atom hidrogen (H) dan oksigen (O) yang berikatan
membentuk molekul H₂O. Pangan seluruhnya mengandung air dengan jumlah yang
berbeda-beda. Air dalam pangan berperan dalam memengaruhi tingkat kesegaran,
stabilitas, keawetan, dan kemudahan terjadinya reaksi-reaksi kimia, aktivitas
enzim, serta pertumbuhan mikroba. Air dalam pangan ada yang berada dalam
keadaan bebas (free water), terserap dalam jaringan pangan (adsorbed water),
atau terikat secara kimia pada senyawa lain (bound water).
Air dalam pangan dapat dinyatakan dalam bentuk kadar air dan aktivitas air. Kadar air menyatakan jumlah absolut air dalam pangan sebagai komponen pangan. Aktivitas air menunjukkan bagaimana air dapat berperan pada suatu reaksi kimia dan biologi pada pangan tersebut.
Air dalam pangan dapat dinyatakan dalam bentuk kadar air dan aktivitas air. Kadar air menyatakan jumlah absolut air dalam pangan sebagai komponen pangan. Aktivitas air menunjukkan bagaimana air dapat berperan pada suatu reaksi kimia dan biologi pada pangan tersebut.
Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang diperoleh
dari hasil fotosintesis tanaman. Karbohidrat disusun oleh tiga atom yaitu,
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dan dikenal dengan rumus Cx(H₂O)y.
Dari tiga atom penyusun tersebut, karbohidrat dapat disintesis dalam jumlah
yang besar dan beragam, yang dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana
(monosakarida dan disakarida), oligosakarida, dan polisakarida kompleks.
Selain pengelompokkan itu, karbohidrat juga dapat
dikelompokkan menjadi karbohidrat yang dapat dicerna (digestible carbohydrate)
dan karbohidrat yang tak dapat dicerna (non-digestible carbohydrate).
Karbohidrat dapat dicerna adalah kelompok karbohidrat yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia sebagai sumber energi, dimana karbohidrat tersebut dapat dipecah
enzim dalam sistem pencernaan manusia, diantaranya adalah monosakarida
(glukosa, galaktosa, fruktosa), disakarida (maltosa, laktosa, dan sukrosa), dan
poli sakarida (maltodekstrin, amilosa, dan amilopektin). Karbohidrat tak dapat
dicerna tidak dapat menjadi sumber energi karena tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim dalam sistem pencernaan manusia. Karbohidrat ini sering juga disebut
dengan serat pangan (dietary fiber). Karbohidrat seperti oligosakarida
(rafinosa, stakiosa, dan verbakosa) dan plisakarida (selulosa, hemiselulosa,
lignin, pektin, dan pati resisten) adalah contoh karbohidrat tak dapat dicerna.
Lemak adalah satu kelompok lipid sederhana yang
disintesis dari asam lemak dan gliserol. Lemak tersusun oleh atom utama karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Dibandingkan dengan karbohidrat, jumlah
atom hidrogen struktur lemak lebih banyak, sedangkan jumlah atom oksigennya
lebih sedikit. Asam lemak penyusun lemak dapat dikelompokkan menjadi asam lemak
esensial dan non-esensial. Lemak yang dibutuhkan manusia adalah asam lemak
esensial, yaitu asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia
sehingga harus disuplai dari pangan, misalnya asam oleat, asam linoleat, dan
asam linilenat.
Gliserol dapat mengikat maksimal tiga molekul asam
lemak. Berdasarkan jumlah asam lemak yang terikat pada gliserol, asam lemak
dapat dikelompokkan menjadi monogliserida, digliserida, dan trigliserida.
Istilah lemak/minyak biasanya merujuk pada kelompok trigliserida. Monogliserida
dan digliserida banyak digunakan sebagai emulsifier karena memiliki struktur
gugus polar dan non-polar, yang bersifat hidrofilik (dapat mengikat air) dan
hidrofobik (dapat mengikat lemak).
Lemak dapat dibedakan dari minyak berdasarkan pada
asam lemak yang terikat dan wujudnya pada suhu ruang. Lemak banyak mengandung
asam lemak jenuh (saturated fatty acid), sadangkan minyak banyak mengandung
asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid). Lemak memiliki titik leleh lebih
tinggi sehingga lemak umumnya berwujud padat pada suhu ruang, sedangkan minyak
berwujud cair. Butter, lard, dan margarin adalah contoh lemak padat, sedangkan
minyak sawit minyak kedelai, dan minynak kanola adalah contoh minyak cair.
Protein
Protein adalah makromolekul yang mengandung atom
karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H), dan nitogen (N). Beberapa rantai protein
juga mengandung atom sulfur (S). Protein disusun oleh beragam monomer asam
amino yang berikatan satu sama lain melalui ikatan peptida.
Sumber protein dapat berasal dari tanaman (misal
kedelai, gandum, jagung) dan hewan (susu, telur, daging, dan ikan). Protein
dapat dibedakan berdasarkan struktur fisik molekul kimianya (struktur premier,
sekunder, tersier, dan kuartenener), sifat kelarutannya (albumin, globulin,
prolamin, dan glutelin), atau fungsinya dalam sistem tubuh (protein fibrous dan
protein glubular). Disamping sebagai sumber gizi, protein memiliki sifat
fungsional dalam proses pengolahan pangan, yaitu sebagai emulsifier, pembentuk
busa, pengental, dan pembentuk gel. Protein tertentu juga berfumgsi sebagai
enzim yang dapat mengkatalis reaksi-reaksi kimia dalam sistem biologis.
Sebagaimana protein,
asam amino juga mengandung atom C, H, O, dan N, dan ada pula asam amino yang
mengandung atom S, yaitu metionin. Terdapat 20 jenis asam amino di alam yang
dapat membentuk struktur protein. Sembilan diantaranya adalah asam amino
esensial yang tidak dapat disintesis oleh manusia sehingga harus disuplai dari
pangan, yaitu asam amino isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, treonin,
valin, lisin, histidin (diperlukan bayi dan anak-anak), dan arginin (diperlukan
oleh bayi). Asam amino memiliki dua gugus fungsional yang terikat pada atom
karbon α, yaitu gugus amin (NH₂) yang bersifat basa dan gugus karboksil (-COOH)
yang bersifat asam. Sehingga asam amino bersifat amfoterik yang artinya dapat bersifat asam atau basa
tergantung pada kondisi pH lingkungan.
Vitamin
Vitamin adalah komponen mikro yang terdapat
dalam pangan, baik ada secara alami maupun ditambahkan secara sengaja untuk
memberikan sifat fungsional tertentu (misal vit C dan tokoferol sebagai
antioksidan). Vitamin adalah senyawa organik berantai pendek yang diperlukan
tubuh manusia untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran. Vitamin berfungsi
sebagai antioksidan, pencegah timbulnya penyakit, pembentukan sel darah, atau
pembentukan koenzim untuk memfasilitasi reaksi enzimatis. Vitamin dikelompokkan
berdasar kelarutannya, yaitu vitamin larut air, vitamin B dan C, dan vitamin
larut lemak, vitamin A, D, E, dan K. Vitamin B sering disebut B kompleks karena
terdiri atas berbagai jenis vitamin, yaitu B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3
(niacin), B4 (kolin), B5 (asam pantotenat), B6 (pirodoksin), vitamin B12
(sianokobalamin), serta biotin dan folasin (asam folat).
Mineral Esensial
Mineral adalah komponen anorganik yang terdapat dalam periodik unsur. Di antara mineral yang ada di alam, hanya sekitar 17 mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia, disebut dengan mineral esensial. Mineral esensial dapat dikelompokkan menjadi mineral mikro, diperlukan dalam jumlah yang sedikit, yaitu iodin (I), seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), flor (F), selenium (Se), molibdenum (Mo), mangan (Mn), dan cobalt (Co). Mineral makro, diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, yaitu kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sodium (Na), klor (Cl), potasium (K), dan sulfur (S).
Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah senyawa kimia
yang diizinkan secara sengaja ditambahkan kedalam pangan agar dapat memperbaiki
sifat/mutu produk olahan pangan, seperti memperpanjang umur simpan produk
pangan, mencegah pengumpalan, memperbaiki warna, memperbaiki tekstur dan
kekentalan, menstabilkan emulsi, serta meningkatkan intensitas kemanisan dan
aroma. BTP dapat ditambahkan ke dalam pangan pada saat proses pengolahan,
pengemasan, distribusi, atau penyimpanan. Berdasarkan fungsinya, BTP dapat
dikelompokkan menjadi kelompok pemanis, pewarna, pengemulsi, pengawet,
antioksidan, flavor, pengatur keasaman, penstabil, pengental, pengkelat logam,
dan lain-lain.
BTP yang ditambahkan
dalam formulasi pangan harus dinyatakan aman untuk dikonsumsi manusia
berdasarkan hasil kajian ilmiah. Penambahan BTP tidak boleh melampaui
batas-batas maksimum yang diizinkan dan pengunaannya harus mengikuti peraturan
penggunaan BTP yang ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan batas maksimum BTP tersebut
harus mempertimbangkan asupan harian yang dapat
diterima (acceptable daily intake/ADI) untuk masing-masing jenis BTP. Komponen Organik Mikro Lain
Disamping komponen-komponen utama di atas, beberapa
sumber pangan, terutama dari bagian tanaman, dapat menganadung
komponen-komponen kimia mikro yang mempunyai sifat fungsional tertentu yang
berguna bagi kesehatan kita, seperti hubungannya dalam menurunkan resiko
jantung koroner, kanker, dan lain-lain. Komponen mikro ini disebut komponen
bioaktif. Atau sering juga disebut komponen fitokimia karena berasal dari
tanaman. Diantara komponen fitokimia yang banyak memperoleh perhatian para
peneliti, di antaranya senyawa karotenoid, flavonoid, isoflavon, isoprenoid,
allicin, terpen. Komponen fitokimia dapat dikonsumsi dalam bentuk pangan segar
atau dalam bentuk ekstrak yang ditambahkan ke dalam produk olahan. Pangan olahan
dengan fungsi kesehatan tertentu yang terdapat kandungan komponen bioaktif
sering disebut dengan pangan fungsional.
Bahan pangan segar juga
secara alami dapat mengandung koponen toksik dalam jumlah kecil, misal asam
sianida pada ketela, asam jengkolat pada jengkol, solanin pada kentang, asam
oksalat pada bayam. Beberapa bahan pangan, terutama biji-bijian, mengandung
antinutrisi yang dapat menghambat daya cerna/pennyerapan zat nutri, misalnya
tripsin inhibitor (menghambat daya cerna protein), dan hemaglutin, fitat, dan
tanin (mengikat mineral). Komponen toksik dan antinutrisi ini pada proses
pengolahan harus dapat dihilangkan agar tidak memberikan efek buruk bagi
kesehatan manusia.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan catatan.
Mari berbagi......