Komponen kimia dalam pangan dapat mengalami perubahan/bereaksi dengan melibatkan sisi-sisi reaktifnya, baik karena bereaksi secara kimia dengan komponen kimia lain dalam pangan atau dengan senyawa kimia lain dari lingkungan, misalnya oksigen, uap air, dan sebagainya. Seberapa cepat reaksi kimia berlangsung akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan (misal pH, aktivitas air, enzim, atau katalsator), kondisi proses pengolahan (suhu, tekanan, dan homogenisasi), atau kondisi penyimpanan (misalnya suhu, waktu, kelembapan udara, keberadaan oksigen, cahaya, jenis kemasan, aktivitas mikroba).
Reaksi-reaksi kimia dalam pangan dapat berlangsung dengan melibatkan satu atau lebih reaksi kimia, tergantung komponen kimia yang ada dalam bahan. Mengingat pangan adalah sistem yang kompleks, mengandung senyawa kimia beragam interaksi antarkomponen pangan ini sering kali disertai dengan perubahan karakteristik dan mutu pangan, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan. Sebagai contoh:
Reaksi kecoklatan enzimatis tidak diinginkan karena pembentukan warna cokelat pada buah atau sayur banyak diartikan sebagai kerusakan/penurunan mutu. Untuk mencegah reaksi enzimatis maka enzim oksidase tersebut harus diinaktivasi, misalnya dengan pemanasan (blansir), penambahan senyawa antioksidan (misal vitamin C dan sulfur dioksida), penambahan sirup gula, atau pemvakuman untuk menghilangkan oksigen.
- Pembentukan bau langu pada susu kedelai akibat adanya reaksi oksidasi lemak tak jenuh oleh aktivitas enzim.
- Penggumpalan putih telur karena pemanasan menyebabkan terjadinya denaturasi protein, dimana terjadi perubahan struktur protein dari struktur tersier ke sekunder.
- Aroma khas pada tempe disebabkan adanyabreaksi hidrolisis protein membentuk peptida-peptida rantai pendek yang mengandung residu asam glutamat yang berkontribusi pada pembentukan flavor yang disukai.
- Reaksi lanjut hidrolisis lemak tak jenuh dapat menyebabkan perubahan fisik dan sensori lemak, yaitu lemak menjadi gelap dan tercium bau tengik yang tidak diinginkan.
- Reaksi Maillard yang terjadi pada roti dapat menyebabkan pembentukan warna cokelat yang diinginkan.
Reaksi Kimia yang Terjadi | Komponen Kimia yang Terlibat | Faktor yang Mempengaruhi | Atribut Mutu yang Dipengaruhi |
Reaksi Oksidasi | Lemak tidak jenuh | Suhu tinggi, oksigen, cahaya, katalisator (metal) | Kerusakan lemak, pembentukan bau tengik (off-flavour), perubahan warna dan rasa, penurunan nilai gizi, dan pembentukan komponen toksik. |
Vitamin C, klorofil | Oksigen, cahaya | Kerusakan vitamin C dan klorofil | |
Reaksi Hidrolisis | Lemak jenuh/tidak jenuh | Air, suhu tinggi | Kerusakan lemak, pembentukan bau tengik, serta peerubahan tekstur dan nilai gizi. |
Pati (amilosa dan amilopektin), enzim amilase | Air, suhu, asam, jenis enzim | Kehilangan sifat gelatinisasi, kehilangan kemampuan membentuk gel, dan peningkatan sifat kelarutan dalam air | |
Reaksi Kecoklatan | Non-enzimatis: Gula pereduksi dan gugus amin pada asam amino/protein | Suhu tinggi, pH, aktivitas air, katalisator | Pembentukan warna cokelat dan perubahan flavour |
Enzimatis: polifenol oksidasi, fenol oksidase, senyawa fenolik | Oksigen, cahaya, suhu | Pembentukan warna cokelat, perubahan flavour, dan tekstur | |
Karamelisasi: gula sederhana (sukrosa, glukosa, fruktosa) | Pemanasan pada suhu tinggi | Pembentukan warna cokelat dan flavour | |
Denaturasi | Protein | Suhu tinggi, alkohol, asam/basa, logam berat | Perubahan tekstur, penggumpalan protein, dab kehilangan sifat kelarutan |
Gelatinisasi | Pati (amilosa dan amilopektin) | Suhu, air, komponen lain (asam, gula, enzim) | Kehilangan sifat kristal pati, dan memengaruhi kelarutan dalam air, kekentalan dan kekuatan gel |
Retrogradasi | Pati (amilosa dan amilopektin) | Suhu dingin | Sineresis, perubahan tekstur, dan penurunan daya cerna pati |
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan catatan.
Mari berbagi......